
Tradisi Lisan Wayang Othok Obrol Wonosobo Ditetapkan Sebagai WBTB
Wayang Othok Obrol merupakan tradisi khas Wonosobo, tepatnya di kawasan Selokromo, Kecamatan Leksono. Wayang Othok Obrol sendiri ditampilkan oleh seorang dalang senior yang pertama, Ki Ganda Wiradipa dari Traji (Parakan, Temanggung). Lakon wayang itu beda dari yang lain, karena tidak diciptakan dengan laku tatah sungging manusia. Wayangnya diwarnai dengan pigmen alami, diantaranya yaitu dari gerusan tulang, biji gendhulak, jelaga, dan lainnya.
Popularitas kesenian Wayang Othok Obrol meredup seiring dengan arus globalisasi dan perkembangan media sosial yang ada. Sebaliknya, Wayang Othok Obrol dinilai terlalu pakem dan tidak mampu menyesuaikan tuntutan zaman, sehingga perlahan kehilangan pasarnya. Warisan pedalangan yang telah bertahan selama enam generasi ini terancam tidak ada penerusnya dikarenakan dalam menjaga tradisi, calon dalang Othok Obrol harus menghadapi godaan gagrag lain yang lebih populer.
Tradisi asli Wonosobo ini lolos verifikasi kajian WBTB oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) Republik Indonesia dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau WBTB. Sertifikat WBTB diserahkan oleh Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Eris Yunianto dan diterima oleh Kepala Bidang Kebudayaan dan Ekraf Disparbud Wonosobo, Ratna Sulistyowati di Museum Ronggowarsito, Semarang pada Rabu (23/3) lalu. Penyerahan sertifikat itu bersamaan dengan kegiatan rapat koordinasi WBTB Tahun 2022 di mana pada 2021 Kemendikbud Ristek RI menetapkan sejumlah 51 WBTB usulan dari 14 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Penting untuk diketahui, Kabupaten Wonosobo telah mendapatkan sertifikat WBTB yaitu Ruwatan Rambut Gimbal pada Tahun 2016, Hak-hakan pada Tahun 2018, dan Tari Topeng Lengger dan Bundengan pada Tahun 2020. Fokus 2022, Disparbud Wonosobo juga akan kembali mengajukan pencatatan tiga objek prioritas di antaranya, Wayang Kedu Gagrak Wonosobo, Mie Ongklok, dan Bucu Pendem. Ketiga warisan budaya tak benda itu, merupakan sebuah warisan kearifan lokal yang patut kita banggakan dan lestarikan sebagai wujud kecintaan kita terhadap kesenian nan elok dari Wonosobo untuk Indonesia.
Melongok sekilas tentang kesenian Wayang Othok Obrol ini, ternyata dimainkan sambil mengobrol atau bersenda gurau. Wayang Othok Obrol membawakan kisah dari Mahabarata dan Ramayana dengan sang lakon seperti Murti Serat, Raja Kengsi, Andhaliretna, atau yang paling populer Semar Supit dan Semar Cukur. Nah, pembawaan lakon yang merakyat dan ringan dan bermakna inilah yang sempat membuat Wayang Othok Obrol populer di Wonosobo. Terlebih lagi, biaya operasionalnya yang cukup terjangkau karena hanya membutuhkan satu dalang dan delapan niyaga, tanpa sinden.