Lebih Kritis, Lebih Sehat: Menyikapi Konten Mental Health di Media Sosial
Sekretariat Rabu, 6 Agustus 2025 pukul 00.00 WIB
10 views | Share:

Lebih Kritis, Lebih Sehat: Menyikapi Konten Mental Health di Media Sosial

Topik kesehatan mental kini semakin sering muncul di media sosial. Mulai dari curhat personal, kutipan motivasi, hingga tips menghadapi stress, semuanya dengan mudah menyebar dan menjadi viral. Tidak bisa dipungkiri, konten seperti ini memang menyentuh sisi emosional dan sering terasa relatable. Namun, yang perlu diwaspadai adalah bahwa tidak semua konten kesehatan mental dibuat oleh tenaga ahli. Banyak yang hanya mengandalkan opini pribadi atau bahkan dibuat semata-mata untuk mencari perhatian, like, dan engagement.

 

Inilah pentingnya literasi digital. Di tengah banjir informasi, kita perlu punya kemampuan untuk memilah mana konten yang akurat dan mana yang sekadar sensasional. Jangan tertipu oleh banyaknya jumlah like atau komentar, karena popularitas di media sosial bukan jaminan kebenaran. Sebuah informasi yang benar belum tentu viral, dan sebaliknya, yang viral belum tentu benar. Tanpa sikap kritis, kita bisa dengan mudah menyerap informasi yang justru memperburuk kondisi psikologis.

 

Konten kesehatan mental yang keliru bisa berdampak negatif. Alih-alih membantu, konsumsi berlebihan terhadap narasi-narasi emosional bisa memicu perasaan tertekan, cemas, hingga FOMO (fear of missing out). Banyak orang merasa hidupnya tertinggal karena membandingkan diri dengan orang lain yang tampak “baik-baik saja” di media sosial. Padahal, media sosial hanya menampilkan potongan kehidupan, bukan keseluruhan realita. Ketika narasi-narasi ini dikonsumsi tanpa kesadaran, kita rentan kehilangan keseimbangan batin.

 

Kesehatan mental bukan tren sesaat yang bisa diperlakukan sembarangan. Ia adalah bagian penting dari kualitas hidup yang perlu dijaga dengan pemahaman yang benar. Untuk itu, mari menjadi pengguna media sosial yang lebih bijak. Kenali batas, saring informasi, dan utamakan sumber yang kredibel. Jangan ragu untuk berhenti sejenak dari layar jika mulai merasa lelah. Karena di balik semua tren digital, ada satu hal yang tetap harus diprioritaskan: ketenangan diri sendiri.