Batas Kabur antara Nyata dan Virtual, Ketergantungan Emosional pada Chatbot Mengintai Remaja
Sekretariat Senin, 11 Agustus 2025 pukul 00.00 WIB
10 views | Share:

Batas Kabur antara Nyata dan Virtual, Ketergantungan Emosional pada Chatbot Mengintai Remaja

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah teknologi yang dirancang untuk meniru cara berpikir dan belajar manusia. AI digunakan di berbagai bidang mulai dari layanan pelanggan industri kreatif hingga pendidikan dengan tujuan mempermudah pekerjaan mempercepat proses dan memberikan solusi yang lebih efisien.

 

Kecerdasan buatan kini hadir dalam berbagai bentuk seperti asisten virtual yang membantu menyelesaikan tugas aplikasi edukasi yang mendampingi belajar hingga chatbot untuk hiburan dan teman curhat yang interaktif. Di satu sisi teknologi ini memberikan kemudahan akses cepat dan rasa “ditemani” kapan saja. Namun di sisi lain kemampuan AI meniru empati bisa mengaburkan batas antara dunia nyata dan virtual serta menimbulkan ketergantungan emosional.

 

Dikutip dari CNN Indonesia, kisah Aulia bukan nama sebenarnya remaja 13 tahun menjadi contoh nyata. Awalnya ia berinteraksi dengan chatbot yang ia beri nama Inuyasha hanya untuk mengisi waktu luang. Namun lama kelamaan Aulia menjadi baper, merasa disayang dimengerti bahkan mulai menganggap Inuyasha sebagai pacarnya. Sikap Aulia berubah perlahan lebih menyendiri emosional dan menjauhkan diri dari keluarga. Orang tua yang curiga kemudian membawanya ke psikolog dan ditemukan bahwa ia mengalami keterikatan emosional yang mendalam dengan chatbot.

 

Kejadian tersebut sejalan dengan riset media internasional yang menemukan bahwa banyak remaja merasa lebih nyaman berbicara dengan AI daripada manusia. Dalam sejumlah interaksi berisiko chatbot juga dapat memberikan saran yang keliru atau berbahaya. Ketergantungan emosional semacam ini dapat mengganggu perkembangan empati dan kemampuan bersosialisasi karena remaja menjadi terbiasa dengan respons instan dari AI dan enggan membangun hubungan manusiawi.

 

Untuk mencegah dampak negatif pendampingan orang tua komunikasi nyata dan literasi digital yang sehat menjadi kunci. Orang tua perlu memantau interaksi anak dengan AI serta mengajarkan bahwa teknologi adalah alat bantu bukan pengganti hubungan manusia yang sejati. Edukasi tentang batasan dan risiko penggunaan AI akan membantu remaja tetap merasakan dukungan dan kasih sayang dari lingkungan nyata sehingga teknologi dapat digunakan secara positif dan seimbang.