Kumpul Di Zoom, Ex Buruh Migran Peringati Mayday Dengan Pentas Puisi
Dalam rangka memperingati hari buruh sedunia atau yang biasa disebut dengan Mayday, Jumat (1/5/2020), para Pekerja Migran Indonesia, Purna migran dan pemerhati isu-isu perlindungan pekerja migran di berbagai belahan dunia menyelenggarakan pentas pembacaan puisi yang ditunjukkan sebagai bentuk solidaritas kepada para pejuang COVID-19. 2 orang Purna Migran dari Wonosobo, yaitu Maria Bo Niok dan Nessa Kartika turut dalam pementasan yang melibatkan pekerja Indonesia di berbagai belahan dunia tersebut.
"Pentas Puisi Pekerja Migran yang digelar via aplikasi zoom ini mengangkat tema Pentas Puisi Pekerja Migran untuk menghidupkan kembali sastra serta menyemangati mereka yang berjuang memerangi wabah COVID-19", ungkap Maria ketika dihubungi melalui aplikasi video call, usai pementasan yang diikuti di kediamannya, Desa Lipursari, Leksono.
Selain untuk menggalang dukungan publik pada upaya-upaya memerangi wabah COVID-19, pentas tersebut menurut Maria juga dimaksudkan untuk mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak melupakan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia dari COVID-19 dan dampak ekonominya. “Pekerja Migran Indonesia, baik yang terjebak di luar negeri, yang sedang dalam proses pemulangan, yang gagal berangkat maupun anggota keluarganya di Desa adalah kelompok yang rentan menerima dampak buruk dari situasi saat ini. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus”, tegasnya.
Di tengah situasi yang tidak pasti, Pentas Puisi disebut Maria merupakan ajakan bagi seluruh pihak untuk membangkitkan kembali sastra pekerja migran. “Beberapa waktu yang lalu muncul inisiatif literasi di kalangan pekerja migran. Kegiatan ini mendorong kebangkitan ekspresi budaya pekerja migran, muncul karya-karya sastra pekerja migran dalam bentuk puisi, novel dan essai. Bahkan beberapa di antaranya diterbitkan penerbit umum dan banyak dibaca khalayak ramai”, jelas pegiat sastra yang juga mantan pekerja migran di Hong Kong tersebut.
Kegiatan Pentas Puisi Pekerja Migran yang merupakan inisiatif kolektif dari Pekerja Migran Indonesia di berbagai negara, eks-migran, aktivis, dan pegiat isu yang mencintai sastra dan ingin menghidupkan kembali sastra pekerja migran. Sejumlah nama disebut Maria turut dalam pementasan antara lain Wahyu Susilo dari Migrant CARE, Fajar Santoadi yang masih di Malaysia, mantan Menaker Hanif Dakhiri, Dosen asal Indonesia yang mengajar di Monash University Australia, Yacinta, kemudian Noor Huda di Singapura dan lain sebagainya.
(Danang - Dinas Kominfo Kabupaten Wonosobo)