Rembuk Stunting, Sebagai Upaya Intervensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting di Wonosobo
Guna memastikan penguatan pelaksanaan kegiatan intervensi pencegahan dan percepatan penurunan stunting, Pemerintah Kabupaten Wonosobo bersama pihak swasta dan masyarakat kembali menggelar acara rembug stunting di Pendopo selatan, Kamis (02/05/2024).
Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, dalam arahannya mengajak tim percepatan penurunan stunting untuk bekerja lebih keras dalam mencapai target yang ada. Antara lain, dengan meningkatkan kerjasama, koordinasi, kolaborasi, koneksitas dan saling perkuat komitmen.
“Kolaborasi yang luar biasa sudah kita laksanakan di tahun 2023, tepatnya pada intervensi gizi spesifik, melalui program Sobo Hebat Sedulur Selawase pada bulan November 2023, yang memberikan hasil yang cukup signifikan. Berdasarkan penimbangan bulan Februari 2024, menunjukkan angka stunting turun menjadi 15,26%, dimana tahun 2024 merupakan periode terakhir pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting, dengan target secara nasional 14%,” ujarnya.
Disisi lain, jelas Bupati, berdasarkan survey Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2023, menunjukkan data angka stunting Kabupaten Wonosobo naik menjadi 29%.
“Menyikapi hasil survey SKI, maka di tahun 2024 kiranya kita perlu kembali berbenah, mengevaluasi intervensi yang telah kita lakukan, agar ditemukan kelemahan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, kolaborasi menjadi kunci utama, mengingat banyaknya elemen yang harus diintervensi, yakni mulai dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui, hingga bayi dan balita,” ungkapnya.
Menurut Afif, intervensi yang perlu dikejar dan diupayakan bersama, adalah pencegahan agar tidak ada lagi balita stunting baru yang muncul. Yaitu, dengan kuatkan kemitraan yang sinergis diantara seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan Wonosobo bebas stunting. Sehingga jalannya program dan kerjasama dapat berkontribusi untuk mencapai target 14% pada tahun 2024, bahkan untuk mewujudkan Wonosobo menuju zero new stunting.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Wonosobo Dyah Retno Sulistiyowati menjelaskan, Rembuk Stunting kali ini menjadi sarana evaluasi kegiatan Stunting yang sudah dilakukan pada tahun 2023, dan merencanakan apa yang akan dilakukan di tahun 2024 dan 2025.
“Yang sudah dilakukan di 2023, kurangnya seperti apa, guna menentukan treatment yang tepat pada tahun berikutnya. Kemudian menggalang komitmen dan kerjasama dengan semua pihak yang terlibat. Stunting bukan permasalahan sepele, jadi perlu edukasi yang masif kepada masyarakat,” ungkap Dyah.
Menurut Dyah, Wonosobo cukup krusial, sehingga upaya preventif pencegahan harus terus digencarkan semaksimal mungkin. Jangan hanya terpaku pada angka, namun perlunya secara kolaboratif melakukan upaya dan usaha real dalam melakukan pencegahan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Wonosobo, Jaelan menambahkan, kegiatan rembuk stunting adalah salah satu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan, intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang terintegrasi.
“Survei Kesehatan Indonesia (SKI) merupakan hal yang baru, dimana sebelumnya melalui SSGI. Dugaan kita, pengambilan blok surveinya belum tercampur sempurna. Blok survei 2023 dari 74 desa, angka E-PPGBM Februari lalu justru turun sekitar 14 sekian persen, tapi SKI nya melenjit naik 29,2%. Sekali lagi kita bicara bukan pada angka tapi pada substansi. Kata kuncinya, upaya pencegahan dan intervensi terus dilakukan secara maksimal dengan berbagai program,” papar Jaelan.
Jaelan juga menyebutkan, salah satu tujuan kegiatan rembuk stunting adalah pemetaan program/kegiatan, cakupan dan prevalensi sebaran stunting. Hal ini, diperlukan dalam analisis dan menentuan lokasi prioritas penanganan stunting di masing-masing desa.
"Target penurunan stunting menjadi catatan penting kita dan sebagai dasar dalam rembuk ini, dengan harapan dapat menghasilkan strategi operasional yang bisa dilaksanakan bersama-sama. Selain itu, rembuk stunting juga dijadikan momentum meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam penanggulangan stunting yang menjangkau seluruh sasaran, baik balita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penurunan stunting di Wonosobo dapat cepat tercapai,” imbuhnya.
Selaras dengan tema Rembuk Stunting kali ini, ”Generasi Emas untuk Wonosobo Zero New Stunting”, intervensi dilakukan dengan menyasar remaja putri. Hal ini, untuk memastikan semua remaja putri di Wonosobo bebas anemia, tidak menjadi ibu hamil yang kekurangan energi kronis ketika sudah menjadi pasangan usia subur, serta tidak menjadi ibu hamil diusia anak.
“Mari gerakkan secara masif edukasi pencegahan stunting pada remaja putri, serta lakukan revitalisasi peran UKS untuk pencegahan stunting. Peran pemuka agama sangatlah strategis dan potensial dalam pencegahan stunting. Perhatian kepada ibu hamil yang harus dilaksanakan oleh berbagai pihak,” jelas Jaelan.
Selain itu, Pemerintah Desa sebagai garda terdepan dan terdekat dengan keluarga risiko stunting maupun balita stunting, diminta untuk dapat bekerja sama dengan Tim Pendamping Keluarga, bidan desa, dan puskesmas setempat. Mengidentifikasi kembali faktor-faktor penyebab muculnya stunting baru di desanya masing-masing.