Prosesi Tapa Bisu Berjalan Hening dan Khidmat
Admin Kamis, 25 Juli 2024 pukul 13.57 WIB
190 views | Share:

Prosesi Tapa Bisu Berjalan Hening dan Khidmat

Salah satu prosesi tradisi yang dilaksanakan selama perayaan hari jadi Wonosobo adalah prosesi Tapa Bisu, Hastungkara dan Birat Sengkolo. Dimana rangakain tersebut dilaksanakan secara berurutan pada Selasa, (23/7/2024) di mulai dari Hongoderpo hingga Pendopo Bupati.

Tapa Bisu adalah prosesi kirab dengan tanpa bersuara dan berjalan dengan penerang nyala obor atau orang jawa menyebutnya oncor. Prosesi dilaksanakan mulai pukul 19.15sampai 20.30 WIB, dari Klenteng (Hongoderpo) menuju pendopo Bupati. Hal ini untuk menjaga agar prosesi Tapa Bisu bisa berjalan dengan khidmad dan lancar.

Sesampainya di Pendopo Selatan, Air Suci Tirto Perwitosari yang dibawa saat kirab, kemudian dicampur melalui serangkaian prosesi. Air suci tersebut merupakan air yang berasal dari 7 sumber mata air yakni Tuk Bimolukar, Gua Sumur, Tuk Mudal, Tuk Suradilaga, Tuk Tempurung, Tuk Kaliasem dan Tuk Sampang.

Setelah pencampuran air suci tersebut, dilanjutkan dengan doa bersama lintas agama (Hastungkara/Umbul Donga) dan prosesi Birat Sengkala.

Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar menyampaikan, Dengan doa bersama di momentum hari jadi ke-199 ini, semoga Kabupaten Wonosobo bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada sehingga bisa menjadi kabupaten yang aman, tentram, damai dan masyarakatnya makmur sejahtera.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo Agus Wibowo menjelaskan, Topo bisu itu doa dari masyarakat dengan harapan Wonosobo aman, tentram dan sejahtera, termasuk untuk pengambilan air itu doa dari kita semua agar Wonosobo terbebas dari bencana-bencana. 

“Prosesi tapa bisu dilaksanakan dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Tapa bisu kali ini diikuti sebanyak kurang lebih 600 orang yang berasal dari Desa Plobangan Kecamatan Selomerto, yang dulunya pusat pemerintahan Wonosobo ada di sana," ucapnya.

Topo bisu hanya membawa air suci dari tuk sampang dan tanah makam Ki Ageng Wanasaba dibawa ke pendopo. Nanti ada pelepasan dari desa Plobangan kemudian dibawa ke Wonosobo dari Taman Plaza dibawa sampai ke Pendopo dengan arak-arakan membawa obor, air dan tanah

“Prosesi Birat sengkolo yakni tanah dan air dari Plobangan dicampur dan dilanjutkan doa bersama 7 pemuka agama,setelah itu air yang dicampur dibawa ke paseban timur untuk dilakukan birat sengkolo. Jadi rangakainnya ada 3 acara dari topo bisu, pendopo dicampur airnya lalu ke Paseban Timur, jelasanya.

Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Ratna menambahkan, secara filosofis, Birat Sengkala berarti membalikkan sengkala, atau menyingkirkan segala bentuk ketidakbahagiaan seperti huru-hara, bencana, rintangan, dan rintangan. Dalam upacara ini, para sesepuh Majelis Keimanan Agung Indonesia (MLKI).