Sukses Kembangkan Kampung Sayur Organik, KWT Munawaroh Jadi Rujukan Belajar Banyak Daerah
ZAKY MOHAMMAD, S.Kom Sabtu, 4 September 2021 pukul 00.32 WIB
509 views | Share:

Sukses Kembangkan Kampung Sayur Organik, KWT Munawaroh Jadi Rujukan Belajar Banyak Daerah

Kreatifitas dan inisiatif kaum ibu dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Munawaroh Dusun Blederan, Desa Blederan Kecamatan Mojotengah, yang berhasil mengembangkan beragam varian sayur organik, mendapat sanjungan dan apresiasi sangat positif dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Mampu mendulang omzet hingga 30 Juta Rupiah dalam kurun waktu setahun, sayur organik yang dikembangkan oleh KWT Munawaroh, dinilai telah layak menjadi contoh nyata, bahwa pemberdayaan ekonomi keluarga dapat dilakukan secara sederhana namun efektif hasilnya. Perihal tersebut dikemukakan langsung oleh Wakil Bupati Wonosobo, Muhamad Albar seusai mengawali panen raya sayuran organik di Kampling Sari RT 10 RW 04 Dusun Blederan, Jumat (3/9/2021).

Menurut Albar, aktivitas positif yang ditunjukkan oleh para ibu di KWT Munawaroh dan telah terbukti memberikan hasil signifikan bagi perekonomian keluarga sangat layak menjadi rujukan bagi desa-desa lain yang memiliki keinginan serupa. “KWT Munawaroh juga telah membuka diri bagi setiap kelompok yang ingin belajar, bahkan dari berbagai daerah di Indonesia telah datang langsung untuk belajar menanam sayuran organik, karena itu saya ingin desa-desa lain pun tak ragu ngangsu kawruh kesini,” tutur Albar. Selain sehat untuk dikonsumsi, Albar menilai jenis sayuran yang ditanam secara organik juga memiliki nilai lebih di pasaran bila dibandingkan dengan sayuran biasa non organik. Terlebih saat ini, Albar menyebut kebutuhan konsumsi jenis makanan-makanan organik bebas pestisida semakin meningkat, seiring standar kebutuhan kesehatan warga masyarakat yang ingin menjaga diri dan meningkatkan imunitas demi menghindari paparan berbagai penyakit.

“Kedepan saya juga meminta agar perangkat Daerah terkait, khususnya Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan turut aktif mendampingi desa-desa yang ingin mengembangkan potensi lahan untuk pertanian organik seperti di Blederan ini,” tandas Albar. Ia juga berharap pertanian jenis organik ini mampu menarik minat kaum milenial untuk turut mengembangkannya secara lebih modern dengan memanfaatkan teknologi informasi, termasuk sampai pada tahap pemasarannya agar semakin luas menjangkau berbagai kalangan konsumen. “Mencari petani, terlebih di kalangan kaum muda di bawah 40 tahun yang bersedia menekuni lahan pertanian saat ini sudah sangat sulit, maka dengan adanya pertanian organik semacam ini kita lebih optimis kedepan banyak anak-anak muda yang bersedia terlibat di dalamnya secara serius,” tandasnya.

Adanya perhatian dan motivasi dari Wabup, diakui Ketua KWT Munawaroh, Umi Khadijah sangat berarti untuk meningkatkan semangat anggota. “Saat ini kebutuhan kami selain terus memperluas pasar agar sayuran produk Blederan ini bisa terserap lebih banyak, adalah bantuan untuk kelangsungan sarana pendukung seperti rak display yang lebih kuat dan bagus, karena kalau menggunakan bambu seperti ini mudah lapuk,” ungkap Umi. Pihak KWT Munawaroh, menurut Umi didirikan demi mengakomodasi hampir 70 persen populasi warga desa yang tidak memiliki lahan sawah untuk bertani, sehingga mampu memanfaatkan pekarangan mereka. Dengan model tanam susun di rak-rak bambu, pertanian organik mampu tumbuh subur di sekitar rumah meski pekarangan tidak seberapa luas.

Untuk saat ini, ia juga masih terus berupaya memenuhi pesanan para pelanggan yang banyak datang dari kalangan aparatur sipil Negara (ASN) di lingkup Pemkab Wonosobo. Pada hari-hari tertentu dalam kurun tiap sepekan, ia dan banyak anggota mengantarkan sayuran pesanan para pegawai pemerintah. “Harapan kami kedepan akan semakin banyak lagi kalangan pemerintah daerah yang berlangganan sayur produksi KWT Munawaroh sehingga perputaran omzet dan kelangsungan pertanian organik di Desa wisata Sayur Organik Blederan juga terus terjaga,” tandasnya. Sejak dibentuk pada 2016, KWT Munawaroh disebut Umi telah menjadi salah satu penyangga kebutuhan ekonomi keluarga, khususnya di hampir 70 persen populasi masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri.