Relawan Demokrasi Basis Keagamaan Sosialisasikan Pemilu di Pesantren, Ajak Santri Praktek Lipat Kertas Suara dan Latihan Nyoblos dengan Benar
Dua bulan jelang gelaran pesta demokrasi Pilpres dan Pileg, relawan demokrasi basis keagamaan terus bergerak ke sejumlah tempat demi meningkatkan kesadaran warga masyarakat terhadap pentingnya Pemilu sebagai salah satu penentu masa depan Bangsa dan Negara. Tri Utoro, salah satu relawan demokrasi basis keagamaan ketika ditemui, pada Jumat (8/2) mengaku belum lama ini ia dan salah satu rekannya mengunjungi Pondok Pesantren Darussalam di Desa Ngadisono Kecamatan Kaliwiro untuk kegiatan sosialisasi. “Masih ada santri yang khawatir namanya tidak tercantum di daftar pemilih tetap (DPT) di desanya, sehingga menanyakan kepada kami bagaimana solusi seandainya hal itu terjadi,” tutur Tri. Mendapat pertanyaan itu, ia pun menjawab hal itu bisa diatasi dengan mengurus formulir A5 dari kota asalnya sehingga nantinya yang bersangkutan akan tetap dapat menggunakan hak pilihnya.
Selain soal DPT, Tri menyebut masalah kartu tanda penduduk juga banyak ditanyakan, mengingat sebagian santri sebagai pemilih pemula ada yang belum memiliki KTP. “Kalau untuk KTP kami minta mereka agar segera ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengurus Surat Keterangan (Suket) sehingga dapat digunakan untuk mendaftarkan diri di DPT. Kepada para santri, Tri mengungkap pihaknya juga menerangkan kartu suara yang akan diterima setiap pemilih berjumlah 5 lembar, yaitu kartu suara untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan warna abu-abu, untuk Pileg DPR RI berwarna kuning, DPRD Provinsi berwarna biru, DPRD Kabupaten warna hijau, dan kartu suara untuk pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
“Hal seperti ini pemilih harus teliti sebelum ke bilik suara, ketika menerima kartu dari petugas KPPS pada Rabu tanggal 17 April nanti, 2019 dicoblos jangan sampai double warna, kalau sampai hal ini terjadi akan menyulitkan penghitungan atau rekapan oleh petugas KPPS,” jelasnya. Para santri di Ponpes Darussalam, ditegaskannya juga mesti mampu menentukan pilihan tanpa tekanan maupun intimidasi dari pihak manapun karena hak memilih sudah dijamin oleh undang-undang. “Kami juga menghimbau agar mereka tidak tergiur iming-iming hadiah maupun tawaran uang dari siapapun untuk menggiring pilihan karena hal itu akan mempengaruhi jiwa para santri di dalam Pemilu dikemudian hari,” tandasnya.
Di depan tak kurang 400 santri relawan demokrasi disebut Tri juga mengadakan praktek bagaimana melipat kembali seperti semula kertas suara setelah dicoblos. “Praktek ini penting mengingat kalau tidak kembali semula, bekas coblosan akan terlihat dari luar atau ketika dimasukan ke dalam kotak suara akan sulit,” imbuhnya. Sementara, KH. Muntoha selaku pengasuh pondok dikatakan Tri sangat berterima kasih kepada Relawan Demokrasi dari Basis Agama yang telah memenuhi undangannya sehingga ilmu yang diperoleh akan sangat bermanfaat bagi para santrinya. Para santri di Darussalam, disamping belajar Agama Islam juga ada tambahan ilmu politik yang mudah mudahan ilmu itu akan bermanfaat bagi para santri dikemudian hari. KH. Muntoha menyebut komplek Ponpes Darussalam pada gelaran Pemilu nantinya akan digunakan untuk 2 Tempat Pemungutan Suara (TPS).