Prosesi Hastungkoro dan Birat Sengkala pada Hari Jadi Wonosobo ke-196
ZAKY MOHAMMAD, S.Kom Sabtu, 24 Juli 2021 pukul 15.15 WIB
492 views | Share:

Prosesi Hastungkoro dan Birat Sengkala pada Hari Jadi Wonosobo ke-196

Dalam rangkaian prosesi peringatan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo ke-196 tahun 2021 yang puncaknya jatuh hari ini, Sabtu (24/7), dilaksanakan seperti di tahun kemarin karena masih dalam kondisi Pandemi COVID-19. Rangkaian prosesi pelaksanaan peringatan hari jadi tersebut, sudah terlihat pada hari jumat malam yaitu pada prosesi Hastungkara (Ujubing Umbul Donga) dan Birat Sengkala yang dilaksanakan di Pendopo Kabupaten, Jumat (23/07/2021).

Melihat situasi dan kondisi saat ini yang masih Pandemi maka prosesi pelaksanaan dilaksanakan dengan cara sederhana dan sangat terbatas, hal ini sangat jelas terlihat dengan hanya ada kehadiran dari Bupati Wonosobo H. Afif Nurhidayat, S.Ag dengan didampingi Wakil Bupati Wonosobo Drs. H. Muhammad Albar, MM; serta 6 pemuka agama dari berbagai agama yang ada yaitu, Khong Hu Chu, Hindu, Budha, Katholik, Kristen dan Islam.

Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat mengungkapkan, perayaan hari jadi tahun 2021 ini dilaksanakan dengan penuh kesederhanaan dan terbatas karena sedang berlangsung pagebluk atau wabah virus Corona. Seluruh rangkaian acara dihelat secara sederhana dan terbatas namun tetap hidmat. “Kami mohon maaf, untuk tahun ini tidak bisa merayakan hari jadi Kabupaten Wonosobo secara meriah. Warga masyarakat tidak bisa menikmati atraksi budaya dan rangkaian kegiatan lainnya. Namun hanya bisa mengikuti acara secara Virtual saja dan diminta berdoa di rumah demi keselamatan, dan keamanan bersama” katanya.

Adapun kegiatan Hastungkara sendiri bermakna memanjatkan doa, dikandung maksud agar Kabupaten Wonosobo beserta masyarakatnya mendapatkan keberkahan dari Tuhan YME, ke depan lebih maju dan sejahtera. Pandemi COVID-19 juga segera sirna dari Kabupaten Wonosobo dan muka bumi ini, berganti dengan kehidupan yang lebih damai dan bahagia.

Setelah Prosesi Hastungkara selesai dilanjutkan dengan prosesi Birat Sengkala. Rangkaian prosesi birat sengkala merupakan rangkaian doa yang digelar secara budaya oleh sesepuh adat dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME, yang tergabung dalam Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI) Kabupaten Wonosobo  yang dalam kesempatan ini hanya diwakili 5 (lima) orang.

Birat Sengkala sendiri bermakna mengusir sengkala atau menyingkirkan segala bentuk kesialan/keburukan/ malapetaka/rintangan, agar kedepan Kabupaten Wonosobo lebih tenteram, makmur dan sejahtera.

Sebelum prosesi Birat Sengkala, terlebih dahulu dilakukan pengambilan air dari 7 sumber mata air yaitu tuk bima lukar, tuk goa sumur, tuk mudal, tuk suradilaga, tuk tempurung, tuk kaliasem dan tuk sampang. Prosesi ini dilakukan oleh sesepuh MLKI dengan ritual adat/budaya. Untuk selanjutnya terhadap  air dari 7 sumber tersebut dilakukan pencampuran oleh Bupati Wonosobo, untuk kemudian digunakan sebagai sarana Birat Sengkala.

Birat Sengkala dipimpin oleh Wakil Bupati Wonosobo Drs. Muhammad Albar,MM yang didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Agus Wibowo, S.Sos. Sebelum prosesi Birat Sengkala, diserahterimakan songsong agung (payung kebesaran) dan tombak katentreman (tombak ketentraman). Selanjutnya prosesi berlanjut menuju tengah alun-alun Wonosobo untuk dilakukan penanaman tanah (yang diambil dari Desa Plobangan yang merupakan cikal bakal pemerintahan di Wonosobo), di sekitar beringin kurung Alun-Alun. Pemercikan air dilakukan juga ke 4 arah penjuru mata angin (Selatan, Barat, Utara dan Timur). Air yang dipercikan dengan daun dadap serep (godhong tawa) itu, diambil dari tujuh sumber mata air yang ada di wilayah Kabupaten Wonosobo, yang sudah dicampur (ngracik tirta suci) oleh Bupati Wonosobo.