Meneladani Heroisme KRT Selomanik Pengikut Diponegoro Yang Berjuang Melawan Penjajah Di Lereng Gunung Lawang
Prosesi ziarah makam para pendiri Kabupaten Wonosobo, yang digelar Pemkab secara serentak di 7 makam pada Rabu (17/6) digunakan oleh Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik, Eko Sutrisno Wibowo, untuk mengingatkan kembali semangat kepahlawanan para pejuang kemerdekaan. Eko yang memimpin ziarah di Makam KRT Selomanik, di Desa Selomanik Kecamatan Kaliwiro menegaskan pentingnya generasi penerus mengenang jasa salah satu pejuang kemerdekaan yang dengan penuh kesetiaan mendampingi Pangeran Diponegoro tersebut. “Seperti yang telah dibacakan tadi, Kanjeng Raden Tumenggung Selomanik adalah seorang pejuang kemerdekaan yang gigih menentang penjajahan kolonial Belanda di Tanah Jawa”, tutur Eko seusai tabur bunga bersama sejumlah pejabat Pemkab Wonosobo.
KRT Selomanik, juga diungkap Eko, menyediakan dirinya untuk berjuang dalam Jihad Fi Sabilillah dalam perang suci yang dikobarkan Pangeran Diponegoro melawan penjajah. Bersama sejumlah tokoh seperti KPH Blitar, Ki Ageng Bangkong Reang, Tumenggung Udan Toko, Ki Ageng Branjang Kawat, Ki Ageng Udan Mimis, dan Ki Ageng Jebret, ia menghimpun rakyat pribumi untuk dididik menjadi prajurit tangguh di lereng Gunung Lawang Kaliwiro dalam upayanya mengusir Belanda yang semakin merajalela dan sewenang-wenang.
Pada setiap operasi militer terhadap tentara Belanda, KRT Selomanik juga selalu berkoordinasi dengan KRT Jogonegoro di Selomerto, KRT Wiroduto di Sapuran, KRT Kerto Waseso di Kalibawang, dan KRT Setjonegoro di Ledok. Koordinasi tersebut, seperti dijelaskan dalam kisah Selomanik melawan penjajah, dilakukan demi menghimpun kekuatan dan strategi jitu. Tak ayal, dengan bergabungnya para senopati Pangeran Diponegoro itu, konsentrasi para prajurit Belanda pun terpecah-pecah dan kesulitan untuk menguasai wilayah Wonosobo. Sejumlah titik, seperti di Sapuran dan Kertek, ditengarai menjadi lokasi perang sengit KRT Selomanik demi menghadang kedatangan tentara Belanda dari arah Purworejo maupun Temanggung.
Perjuangan KRT Selomanik tidak hanya sebatas di Kabupaten Wonosobo, karena menurut kisah tersebut pula, ia juga menghimpun kekuatan di wilayah Banjarnegara untuk menutup akses Belanda melalui sungai Serayu. Petilasannya pun masih terawat dengan baik dipinggir sungai Serayu Banjarnegara, tepatnya area Taman Wisata Serulingmas, dan di Desa Karangjoho Purbalingga.
Di balik kegigihannya melawan Penjajahan Belanda, KRT Selomanik juga dikenal sebagai seorang muslim yang taat dan memiliki suara merdu saat membaca Al Quran. KRT Selomanik berjuang mengusir penjajah hingga akhir hayatnya, Beliau dimakamkan di Desa Selomanik, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo. Di komplek makam tersebut, juga dikebumikan Ki Ageng Tumenggung Branjang Kawat, Ki Ageng Tumenggung Udan Mimis, Ki Ageng Tumenggung Udan Toko.
(Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wonosobo)