Istana Rumbia Arahkan Anak Cintai Literasi
ZAKY MOHAMMAD, S.Kom Kamis, 23 Juli 2020 pukul 07.51 WIB
129 views | Share:

Istana Rumbia Arahkan Anak Cintai Literasi

Siti Maryam, founder Taman Baca Masyarakat (TBM) Istana Rumbia, di Desa Lipursari Kecamatan Leksono Wonosobo yang sejak Tahun 2006 berjuang meningkatkan minat baca dan tulis warga masyarakat diundang menjadi salah satu narasumber dalam webinar tingkat Nasional, bertema Tanggap Rasa dalam Pena Aksara. Digelar oleh Komisi Nasional Hak asasi Manusia (Komnas HAM), webinar tersebut juga menghadirkan sejumlah penulis senior seperti Seno Gumira Ajidarma, Okky Madasari, serta Wakil Ketua Komnas HAM, Munafrizal Manan. Dihubungi melalui aplikasi video Conference pada Kamis (23/7/2020), Siti Maryam yang lebih populer dengan sapaan Maria Bo Niok membenarkan bahwa ia mengisi salah satu sesi pada Webinar yang ditayangkan secara live streaming pada kanal youtube Komnas HAM tersebut.

“Jelas ini menjadi sebuah kehormatan bagi kami di Istana Rumbia, karena mendapat kesempatan untuk berperan secara aktif dalam upaya menggugah semangat literasi masyarakat dan berkesempatan bertukar ilmu dengan para penulis senior kaliber Nasional,” jelas Maria. Dalam forum yang berlangsung lebih dari 120 menit itu, Maria mengaku lebih banyak membahas perjuangannya dalam meningkatkan minat literasi melalui TBM Istana Rumbia, yang kini telah melahirkan tak kurang dari 15 pojok baca di 15 Desa se-Wonosobo. Perempuan yang juga kenyang pengalaman sebagai buruh migran di Hongkong dan Taiwan itu menyebut, untuk bisa sampai pada tumbuhnya minat baca di masyarakat tidak mudah. Di awal pendirian TBM Istana Rumbia, penulis 9 judul buku dan novel itu mengakui ia lebih banyak menyasar anak-anak untuk bisa mencintai literasi, dengan menyediakan puluhan ribu eksemplar buku hasil bantuan dari banyak pihak yang berempati.

Di era sekarang, dimana kecanggihan teknologi telah mengarahkan anak pada kecanduan gadget, Maria pun mengaku ia mesti memutar otak untuk bisa menjaga minat baca anak-anak di sekitar Istana Rumbia terhadap buku. “Gadget benar-benar telah mengalihkan peminatan anak-anak sehingga kami juga berupaya keras agar mereka bisa memanfaatkan minat tersebut kepada hal-hal produktif yang mendukung tumbuh kembangnya,” tuturnya. Karena itu, ia mengaku pernah mengajak anak-anak untuk ke sawah untuk menanam, dengan tetap membawa smartphone mereka masing-masing. Dengan alat canggih itu, anak – anak itu dimintanya untuk memotret setiap objek berupa tanaman di sawah, kemudian mencari nama nya di internet.

“Bahkan pernah satu kali saya membeli bibit tanaman bunga Sakura secara online, dan mengajak mereka untuk menanam bersama tanpa memberitahukan apa nama tumbuhan itu, sehingga mereka penasaran dan bertanya seperti apa buah yang akan dihasilkan oleh tanaman tersebut,” bebernya. Dari pertanyaan anak-anak itulah kemudian ia memberikan tugas untuk mencari tahu tentang tumbuhan Sakura, dan kemudian melihat respon mereka yang kagum dengan keindahan bunga nya, serta semakin penasaran untuk merawat tanaman sebaik-baiknya. Kedepan, Maria juga mengaku akan tetap berada pada jalur Literasi demi memenuhi hak atas ilmu dan pengetahuan.