
Industri Jamu Wanita Berdikari Mirombo Dikunjungi BEKRAF
Kelompok Wanita Tani (KWT) Berdikari, di kampung Mirombo, Kelurahan Rojoimo Kecamatan Wonosobo dikunjungi tamu istimewa, Kamis (28/3). Anggota Komisi X DPR RI, Bambang Sutrisno, dan Kasubdit Pengembangan Kota Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Slamet Aji Pamungkas, kedua tamu istimewa tersebut sengaja datang berkunjung ke Mirombo demi memastikan industri jamu rumahan yang pernah mendapat kucuran bantuan modal dan peralatan senilai 600 juta tersebut masih berproduksi. “Ternyata benar semakin maju, dan bahkan sudah merambah pasar ekspor sehingga ini layak untuk menjadi contoh bagi KWT-KWT lainnya di Indonesia”, tutur Bambang Sutrisno ketika ditemui di sela kunjungan bersama mantan penggiat ekonomi Kreatif Wonosobo, Agus Purnomo.
Berkembangnya usaha pembuatan jamu tradisional yang sekarang sudah merambah ke pasar global, diakui Bambang menunjukkan bahwa bantuan pemerintah pusat untuk para pelaku industri kreatif di daerah benar-benar dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Tujuan dari pemberian bantuan berupa modal dan peralatan dari BEKRAF pada waktu itu memang karena mempertimbangkan keseriusan ibu Daryati dan KWT Wanita Berdikari dalam usaha mengolah potensi lokal untuk jamu tradisional”, imbuh Slamet Aji Pamungkas. Menurutnya, tujuan tersebut kini sudah tercapai mengingat produksi jamu KWT Berdikari tak hanya dipasarkan di lingkup daerah tapi juga sudah ke berbagai wilayah di Indonesia, bahkan ke berbagai Negara.
Sudaryati, ketua KWT Wanita Berdikari, sekaligus inisiator dari berdirinya pabrik jamu rumahan tersebut mengakui, semenjak mendapatkan bantuan pemerintah melalui BEKRAF, ia dan teman-temannya semakin semangat dalam mengembangkan usaha. Beragam produk berupa herbal drink dengan banyak khasiat dibuat, seperti rempah-rempah tradisional berupa temu lawak, daun sirsat lempuyang, jahe merah, kencur, cabe lempuyang dan kunyit berhasil diproduksi dan direspon positif pasar. Kini, dengan berbagai inovasi, perempuan yang akrab disapa Bu Daryati itu mengakui pemasaran produk jamunya sudah merambah hingga ke Suriname, Belanda, Taiwan dan pernah dipamerkan di Malaysia. “Semua juga berkat bantuan fasilitasi dari Kementerian Luar Negeri dan Perbankan”, terang Daryati. Kedepan, Daryati mengaku berharap agar ada insentif untuk meringankan biaya pengiriman melalui laut, karena menurutnya ongkos pengiriman produk jamu melalui laut saat ini masih dirasa mahal.
Jurnalisme Warga – Agus Purnomo (Penggiat ekonomi Kreatif Wonosobo)