GURU BUKAN ORANG HEBAT, NAMUN BANYAK ORANG HEBAT KARENA SEORANG GURU
Guru bukan orang hebat, namun banyak orang di dunia ini terlahir, terbentuk menjadi hebat karena jasa dan perjuangan seorang guru. Demikian yang dikatakan Sigit Sukarsana dihadapan ratusan anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam acara resepsi HUT PGRI Ke 73 dan Hari Guru Nasional Kabupaten Wonosobo di Aula Kantor PGRI komplek SMK Informatika Wonosobo, Rabu (28/11).
PGRI bukanlah serikat pekerja, namun merupakan sebuah organisasi profesi. Sebagai organisasi wadah para guru, PGRI pada dasarnya merupakan mesin penggerak sekaligus motivator bagi para guru, agar menjadi figur pendidik bangsa yang tangguh.
Disamping tentunya mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mampu mencetak sumber daya manusia yang lebih profesional dan berkualitas lahir maupun batinnya.
Dalam kesempatan tersebut Sigit menyampaikan apresiasi kepada seluruh pengurus PGRI dan segenap guru, para pendidik generasi bangsa, di Kabupaten Wonosobo, yang hingga hari ini, masih menunjukkan kekompakan dan jiwa korsa yang kuat, sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat di bidang pendidikan yang tetap kokoh dan solid.
Selain itu sigit mengingatkan dan berpesan kepada pengurus dan anggota PGRI, beserta seluruh guru, agar sadar dan menyadari, bahwa perjalanan sejarah kehidupan PGRI maupun para guru, yang telah mengalami pasang dan surut dalam dinamika kehidupan berbangsa, tuntutan reformasi dan persaingan global, justru harus dijadikan cambuk dan pendorong bagi PGRI dan para guru, untuk terus bergerak dan berjuang menorehkan prestasi, bagi kemajuan bangsa dan negara.
Maka dari itu para guru beserta segenap komponen yang terkait, harus mampu membuat konsep pendidikan yang terintegratif satu sama lain, sehingga pendidikan karakter pun dapat tertanam lebih optimal dan tepat sasaran.
Oleh karenanya, kepada jajaran PGRI, hendaknya lebih responsif terhadap persoalan krisis tersebut, dengan senantiasa melaksanakan tugas kependidikan yang berpegang pada lima komitmen negara yaitu, menjaga keutuhan NKRI, menjunjung tinggi bendera merah putih, menegakkan dan tetap menjadikan Pancasila sebagai landasan idil, menegakkan dan menjadikan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, dan mengamalkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekat persatuan dan kesatuan Bangsa.
Sigit berprsan, untuk mewujudkan ini, PGRI hendaknya mampu berkomunikasi, berkoordinasi, dan bersinergi dengan berbagai elemen, sehingga tugas memajukan kualitas pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara itu Ketua Pengurus PGRI Jateng Widadi mengatakan, di hari ulang tahun PGRI ini ada tiga poin yang di kandung didalamya, yaitu terkait usia PGRI itu sendiri. "Hari ulang Tahun itu artinya mengingat umur, ada tiga aspek umur yang terkandung dialam HUT PGRI, Umur Kalender, Umur Psikologis dan Umur Sejarah", katanya. Umur atau usia kalender dikatakanya, PGRI sudah mencapai 73 tahun, artinya bukan dalam angka yang sedikit, dan tentu saja bukan usia muda lagi artinya sudah memiliki banyak pengalaman yang sudah dilalui.
Sementara itu umur atau usia psikologis merupakan umur kedewasaan. Menurutnya, kedewasaan dapat dilihat dari kontribusi dan peran PGRI, apakah sudah mampu nggoreskan warisan yang terwujud, yang berperan bagi para guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan juga peran PGRI terhadap bangsa dan negara. Sedangkan Umur sejarah, bermakna, apakah PGRI sudah memiliki sesuatu yang bermanfaat jangka panjang.