Bersama Reza Rahardian dan Andrea Hirata, Mulyani Terima Apresiasi 75 Ikon Pancasila Tahun 2020
Mulyani, penari sekaligus pegiat seni musik tradisional Bundengan dari Wonosobo belum lama ini dinyatakan berhak atas apresiasi prestasi Ikon Pancasila Tahun 2020, dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Sebuah prestasi membanggakan yang hadir di tengah keprihatinan Kabupaten Wonosobo menghadapi pandemi COVID-19, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda agar tak surut semangat dalam berkarya di berbagai bidang dan keahlian. Wakil Bupati Wonosobo, Agus Subagiyo, menyebut pencapaian Mulyani yang saat ini juga aktif sebagai guru kesenian di SMP Negeri 2 Selomerto tersebut fenomenal, karena bersamanya, sejumlah nama tenar tercatat turut menjadi penerima penghargaan itu.
“Luar biasa dan jelas ini sangat membanggakan Wonosobo, karena yang saya ketahui, Bu Mulyani menjadi salah satu dari 75 penerima apresiasi dari BPIP, yang rata-rata merupakan orang-orang yang sangat populer di Indonesia, seperti aktor Reza Rahardian, Joe Taslim, penulis novel laskar pelangi Andrea Hirata, sampai pemain Bulutangkis Jonathan Christie”, ungkap Wabup saat ditemui seusai acara Grebeg Suran di Pendapa Kabupaten, Kamis (3/9/2020). Prestasi Mulyani tersebut, menurut Wabup layak untuk menjadi teladan bagi warga masyarakat luas, karena juga sejalan dengan semangat Kabupaten Wonosobo yang senantiasa berupaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian. “Saya atas nama pribadi sekaligus mewakili Pemerintah Kabupaten Wonosobo menyampaikan selamat dan apresiasi atas buah kerja keras Bu Mulyani yang kini telah resmi diakui oleh pemerintah Pusat melalui BPIP ini, dan semoga ini menjadi tonggak bagi lahirnya karya-karya lain yang lebih fenomenal lagi di masa-masa mendatang”, tandas Wabup.
Dihubungi via sambungan aplikiasi video conference, perempuan yang telah mempelajari tari topeng sejak tahun 1990 itu mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaan atas diterimanya apresiasi dari BPIP. “Benar-benar tidak menyangka karena sebelumnya memang tidak pernah berpikir akan ada penghargaan seperti ini, juga karena hubungannya dengan implementasi nilai-nilai Pancasila, yang artinya saya juga dinilai telah membantu Negara menjaga keluhuran Pancasila”, ungkap Mulyani. Dari pembelajarannya terhadap seni tari topeng, Mulyani mengaku telah menciptakan sejumlah karya tari seperti Kenyo Lengger, Lengger Wanusaban, Ginanjar Mulo hingga Gladen. Salah satu karya besarnya diakui Mulyani adalah pentas 5000 topeng lengger pada tahun 2018 dan 2019 yang melibatkan para pelajar se-Kabupaten Wonosobo.
Sementara, untuk ketertarikan terhadap alat musik Bundengan, sebuah alat musik tradisional khas Wonosobo yang berawal dari kebiasaan warga Kalikajar menggembala itik di persawahan. “Khusus untuk alat musik Bundengan ini, saya terus terang merasa sangat prihatin karena sudah tidak ada lagi generasi muda yang tertarik, sehingga saya putuskan untuk belajar langsung pada Pak Bohori dan Pak Munir, pakar Bundengan dari Desa Maduretno Kalikajar”, terang Mulyani. Setelah merasa memiliki kemampuan dalam memainkan Bundengan, Mulyani mengaku kemudian bersama Yayasan Ngesti Laras mengajak anak-anak muda di Dusun Ngabean dan Dusun Tanggalan untuk sama-sama belajar kepada Munir, sehingga saat ini banyak anak-anak muda yang terampil memainkan Bundengan. Alat musik unik itu pula yang menurut Mulyani telah membawanya sampai ke Australia untuk berpartisipasi dalam salah satu ajang pertunjukan musik Internasional, sekaligus memberikan pemaparan terkait sejarahnya di salah satu Universitas di Negeri Kanguru itu. “Banyak pula Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi seperti ISI Solo, UNJ dan beberapa kampus lainnya di Indonesia ini yang kemudian datang ke Wonosobo untuk mempelajari seni Bundengan, dan mungkin inilah yang menjadi pertimbangan BPIP memberikan apresiasi terhadap kami melalui siaran virtual TVRI kemarin”, tandasnya.
(Danang – Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wonosobo)